A.
Produk Domestik Bruto
Dalam
bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan
nasional.
PDB
diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja
di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari
suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan
dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya,
PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB
Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.
Sedangkan PDB riil (PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka
PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga.
PDB
dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan
pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan
pendekatan pengeluaran adalah:
PDB =
konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Di mana
konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga,
investasi oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah,
dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara
pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor
produksi:
PDB =
sewa + upah + bunga + laba
Di mana
sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah,
upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk
pengusaha.
Secara
teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung
PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
B.
Pertumbuhan dan Perubahan
Struktur Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupa kan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Kesejahteraan
masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan
nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional,
maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat
penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi
suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi
pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang
jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang
sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia di bawah
garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan ekonomi menjadi sangat
penting dan lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per
kapita dapat tercapai.
Pertumbuhan
ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan
lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata.
Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan
sosial .
Dalam
GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National
Income.
Awal
pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
·
Pertumbuhan ekonomi
·
Distribusi pendapatan
Proses
pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
·
Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur
ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh
terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
·
Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya
adalah perubahan teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material
baru untuk produksi.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan
national income.National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP
(Net national Product)
GNP =
GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP =
GNP – D, dimana D = depresiasi
NP =
NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP =
NP + Ttl + D – F
NP =
GDP + F – D- Ttl
C.
Pertumbuhan Ekonomi
Selama Orde Baru Hingga Saat Ini
1.
Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Orde baru (1966-1998)
Pemerintahan Orde Baru menyadari sepenuhnya bahwa
akibat konflik yang berkepanjangan penderitaan rakyat telah mencapai
titik yang tertinggi. Kesejahteraan rakyat telah menjadi korban dan
ambisi para petualan politik. Atas dasar kesadran tersebut, maka pada
awal Orde Baru Stabilisasi Ekonomi menjadi proritas utama.
a. Stabilisasi
Ekonomi
Pada
permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha
penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha pengendalian
tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara, dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Pelaksanaan pembangunan Orde Baru bertumpu
kepada program yang dikenal dengan sebutan “ Trilogi Pembangunan”
yaitu sebagai berikut :
a)
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menju kepada terciptanya
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b)
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c)
Stabilitas yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan
Pola Umum Pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dilakukan Orde
Baru secara periodic 5 tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan Lima
Tahun).
•
Pelita I (1969-1974), sasaran yang hendak dicapai adalah
tersedianya pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Pelita 1 menekankan pembangunan di bidang
pertanian.
• Pelita
II (1974-1979), sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya
pangan, sandang, papan, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan
rakyat.
• Pelita
III (1979-1984), sasaran yang hendak dicapai adalah Trilogi
Pembangunan.
• Pelita
IV (1984-1989), sasaran yang hendak dicapai adalah di bidang
pertanian tercapainya swasembada pangan.
• Pelita
V (1989-1994), sasaran yang hendak dicapai adalah upaya peningktan
semua segi kehidupan bangsa.
• Pelita
VI (1994-1998), Pemerintah menitikberatkan pembangunan ekonomi yang
berkaitam dengan industri dan pertanian, serta pembangunan dan
peningkatan sumber daya manusia sebagai pendukunggnya.
b.
Dampak Revolusi Hijau dan Indiustrialisasi
Berikut upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk
menggalakkan revolusi hijau antara lain :
a)
Intensifikasi Pertanian.
b)
Ekstensifikasi Pertanian.
c)
Diversifikasi Pertanian.
d)
Rehabilitasi Pertanian.
Berikut
dampak positif revolusi hijau antara lain :
a)
Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh tani.
b)
Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
c)
Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga Perekonomian
Indonesia.
c.
Dampak Kebijakan Ekonomi Orde Baru
Dampak Positif :
1)
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2)
Swasembada beras.
3)
Penurunan angka kemiskinan
2.
Akhir Orde Baru
Krisis
moneter yang melanda kawasan asia Tenggara menyebabkan
ketidakstabilan Perekonomian Indonesia sejak pertengahan Juli 1997.
3. Era
Reformasi
Reformasi
merupakan suatu perubahan tatanan perikehidupan lama dengan tatanan
perikehidupan yang baru dan secara hukum menuju kearah perbaikan.
Reformasi tahun 1998 menuntut adanya pembaharuan dalam bidang
politik, sosial, ekonomi, dan hokum Masalah yang mendesak adalah
upaya mengatasi kebutuhan pokok (sembako) dengan harga yang
terjangkau masyarakat.
a.
Masa Kepemimpinan B. J. Habibie (21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999)
Pada
saat pemerintahan presiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi
belum melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang
ekonomi. B. J. Habibie diangkat menjadi presiden menggantikan
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Tugasnya adalah Melanjutkan
kebijakan yang telah dibuat oleh sebelumnya, kemudian Habibie
membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Berikut upaya-upaya yang dilakukan Habibie di bidang ekonomi antara
lain :
1)
Merekapitulasi perbankan.
2)
Merekonstruksi Perekonomian Indonesia.
3)
Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
4)
Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah
Rp. 10.000
5)
Mengimplementasikan Reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh
IMF.
Presiden
B.J Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah
Timor-btimor dari Wilayah Indonesia.
b.
Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid (21 Mei 1998 – 20 Oktober
1999)
Pada
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun belum ada tindakan
yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.
Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya
mengahadapi masalah-masalah yang kontroversial.
c.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001-20
Oktober 2004)
Masa
kepemimpinan Megawati mengalami masalah-masalah yang mendesak yang
harus diselesaikan yaitu pemulihan ekonomi dan penegakan hokum.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai
persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1)
Melakukan pembayaran utang luar negeri.
2)
Memelihara dan memantapkan stabilitas Negara.
3)
Memantapkan ekonomi nasional.
4)
Privatisasi BUMN.
5)
Memperbaiki kinerja ekspor.
d.
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober
2004-2014)
Berikut
kondisi dan kebijakan-kebijakan masa kepemimpinan SBY di bidang
ekonomi antara lain :
1)
Hingga Maret 2005 utang luar negeri U$$136.6 miliar dan masa
penundaan utang paris club 3 sudah habis.
2)
Seratus hari pertama lebih banyak bicara ekonomi makro dari pada
secara spesifik program peningkatan ekspor.
3)
Pada tanggal 19 Desember 2004 SBY menaikkan haraga “BBM
Mewah”.
4)
Melanjutkan pertumbuhan ekonomi Megawati, diperkirakan pertumbuhan
ekonomi nya naik hingga 4,4-4,9% dan inflasi meningkat yakni 5,5%.
5)
Menaikkan pendapat perkapita dengan mengandalkan pembangunan
infrasruktur missal dengan mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor dengan janji akan memperbaiki iklim investasi.
e.
Perkembangan Ekonomi di Tahun 2015
Awal
tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi kondisi
perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah satu negara yang baru
saja mengalami perombakan politik, serangkaian kebijakan baru
tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun laju
perekonomian di tahun lalu mengalami perlambatan, namun sejumlah ahli
dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun 2015 perekonomian
Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal ini dapat
terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi internasional yang terbilang
pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah data yang
dikumpulkan dari data-data Bank Indonesia dan sejumlah kalangan
mengenai perkembangan ekonomi di tahun 2015.
Pada
pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk
mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending
Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada
level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi menyeluruh
terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi
2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih
konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran
4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit
transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Mengacu
pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank
Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia semakin baik,
dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas
makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan ekonomi
global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat
fundamental ekonomi nasional.
Perekonomian
Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat
dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi eksternal,
perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun
akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global, serta adanya
kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor secara
keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan
dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi permintaan domestik,
perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah
seiring dengan program penghematan anggaran.
Sementara
itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas. Kinerja
pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi terutama ditopang oleh
konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun 2015, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran
5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping tetap kuatnya konsumsi
rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan
didukung oleh ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan
dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan ekonomi
produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
D.
Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan peningkatan agregat atau
pertumbuhan penawaran agregat. Dari sisi permintaan agregat,
peningkatannya didalam ekonomi bisa terjadi karena PN, yang terdiri
atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, pemerintah
meningkat. Sisi permintaan agregat (penggunaan PDB) terdiri dari
empat komponen yaitu konsumsi rumah tangga, investasi (termasuk
perubahan stok), konsumsi atau pengeluaran pemerintah, ekspor netto
(ekspor barang atau jasa minus impor barang atau jasa).
Dari
sisi penawaran agregat, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh
peningkatan volume dari faktor – faktor produksi yang digunakan,
seperti tenaga kerja, modal (kapital), tanah; faktor produksi
terakhir ini khususnya penting bagi sektor pertanian, dan
energi. Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan
produktivias dari faktor - faktor tersebut.
Asian
Countries' GDP's Growth Rate (% per year)
Resource:
Asian Delvelopment Outlook 2007
Comparison
Table: by Runckel & Associates
Country
|
|
|
|
2005
|
|
|
|
Cambodia |
6.2 |
8.6 |
10.0 |
13.4 |
10.4 |
9.5 |
9.0 |
China |
9.1 |
10.0 |
10.1 |
10.4 |
10.7 |
10.0 |
9.8 |
Hong Kong |
1.8 |
3.2 |
8.6 |
7.5 |
6.8 |
5.4 |
5.2 |
India |
3.8 |
8.5 |
7.5 |
9.0 |
9.2 |
8.0 |
8.3 |
Indonesia |
4.5 |
4.8 |
5.0 |
5.7 |
5.5 |
6.0 |
6.3 |
Japan |
0.3 |
1.4 |
2.7 |
1.9 |
2.2 |
- |
- |
Korea |
7.0 |
3.1 |
4.7 |
4.0 |
5.0 |
4.5 |
4.8 |
Laos |
5.9 |
6.1 |
6.4 |
7.0 |
7.3 |
6.8 |
6.5 |
Malaysia |
4.4 |
5.5 |
7.2 |
5.2 |
5.9 |
5.4 |
5.7 |
Philippines |
4.4 |
4.9 |
6.2 |
5.0 |
5.4 |
5.4 |
5.7 |
Singapore |
4.2 |
3.1 |
8.8 |
6.6 |
7.9 |
6.0 |
5.5 |
Thailand |
5.3 |
7.1 |
6.3 |
4.5 |
5.0 |
4.0 |
5.0 |
Vietnam |
7.1 |
7.3 |
7.8 |
8.4 |
8.2 |
8.3 |
8.5 |
Forecasted
for 2007-2008
D.
Faktor-Faktor Penentu
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
a) Faktor
internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik,
social dan keamanan).
Faktor
ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa,
rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan
dunia usaha.
b) Faktor
eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Ekspor
Produk Dunia per Wilayah , 1948,
1953, 1963, 1973, 1983, 1993, 2003 and 2007
|
1948 |
1953 |
1963 |
1973 |
1983 |
1993 |
2003 |
2007 |
|
|
VOLUE (Billion dollars) |
||||||||
World |
59 |
84 |
157 |
579 |
1838 |
3675 |
7375 |
13619 |
|
|
SHARE (percentage) |
||||||||
World |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
|
North America |
28.1 |
24.8 |
19.9 |
17.3 |
16.8 |
18 |
15.8 |
13.6 |
|
South and Central America |
11.3 |
9.7 |
6.4 |
4.3 |
4.4 |
3 |
3 |
3.7 |
|
Europe |
35.1 |
39.4 |
47.8 |
50.9 |
43.5 |
45.4 |
45.9 |
42.4 |
|
Africa |
7.3 |
6.5 |
5.7 |
4.8 |
4.5 |
2.5 |
2.4 |
3.1 |
|
Middle East |
2 |
2.7 |
3.2 |
4.1 |
6.8 |
3.5 |
4.1 |
5.6 |
|
Asia |
14 |
13.4 |
12.5 |
14.9 |
19.1 |
26.1 |
26.2 |
27.9 |
|
USSR, Former |
2.2 |
3.5 |
4.6 |
3.7 |
5 |
- |
- |
- |
Sumber:
WTO, 2008
E.
Perubahan Struktur
Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut
transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan yang saling
terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar
negeri (ekspor dan impor), AS (produksi dan penggunaan faktor
produksi yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979)
Teori
dan Bukti Empiris
Teori
perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transpormasi ekonomi yang ditandai oleh LDCs, yang semula lebih
bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh
sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam
penganalisis perubahan struktur ekonomi.
·
Teori Migrasi (Arthus Lewis)
bahwa
ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu:
Perekonomian Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan industri sebagai
sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknay tinttgi,
maka terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada pada
kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan produk
marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah.
Rumus ini juga berlaku bagi perekonomian Modern.
Rumusnya
:
LPD =
Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS =
Fs(wp) (2,26)
LPD =
LPD = LP (2,27)
Persamaan
(2,25), permintaan L (LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari
tingkat upah (wp) (Fd’wp>0) dan positif dari volume produksi
pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26) , penawaran L (LPS)
yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah (Fw’wp).
Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang
menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan
jumlah L tertentu.
·
Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery)
Teori
ini mempokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses
perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami transportasi dari pertanian
tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak
pertumbuhan ekonomi.
Perubahan
struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan
total pertumbuhan NT dari semua sektor ekonomi dapat dijelaskan
dengan industri dan pertanian NTB masing-masing, yakni NTBi dan NTBp
yang membentuk PDB :
PDB =
NTBi + NTBp
Berdasarkan
model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan
sama besarnya dengan jumlah empat faktor berikut :
·
Kenaikan permintaan domestik, yang memuat
permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak
langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor
lainnya terhadap industri manufaktur.
·
Perluasan ekspor atau efek ttal dari kanaikan
jumlah ekspor terhadap produk idustri manufaktur.
·
Substitusi impor atau efek total dari kenaikan
proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi
domestik terhadap output industri manufaktur.
·
Perubahan teknologi, atau efek total dari
perubahan koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat
kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri
manufaktur.
Faktor-faktor
internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi
ekonomi yang sangat pesat, yaitu:
a.
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri
b.
Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola
distribusi pendapatan
d.
Karakteristik dari industrialisasi
e.
Keberadaan SDA
f.
Kebijakan perdagangan luar negeri
Kasus
Indonesia
Kalau
dilihat dari Orde Baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses
perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Data BPS menunjukan
bahwa tahun 1970, NTB dari sektor pertanian menyumbang sekitar 45%
terhadap pembentukan PDB, dan pada dekade 1990-an hanya tinggal
sekitar 16% hingga 20%. Menurutnya pangsa pertanian dalam
permbentukan PDB selama periode tersebut disebabkan oleh laju
pertumbuhan output (rata-rata pertahun) di sektor tersebut relatif
lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan output disektor-sektor
lain.
Referensi
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar